sejarah dan perkembangan Ulmul Quran
Sejarah perkembangan ‘ulumul quran terbagi menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ‘ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ‘ulumul quran.
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas mimbar berkata: ‘Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!’” (HR. Abu Daud No. 2153)
“Janganlah kalian tulis riwayat/yang kamu terima dariku, barangsiapa yang (telah) menulis riwayat dariku selain al qur’an hendaklah Ia menghapusnya, dan beritakanlah apa yang kamu terima dariku ini (kepada orang lain) dan tidak ada halangan (tidak dosa bagi kamu). Barang siapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka dia akan menempati (menyiapkan) tempatnya di neraka.” (H.R. Muslim No. 5326)
‘Ulumul Qur’an pada Masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Embrio awal ‘ulumul quran pada fase ini adalah berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat, atau berupa riwayat mengenai pertanyaan para sahabat tentang makna suatu ayat Qur’an, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
Contoh riwayat saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan ayat Qur’an kepada sahabat,
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al Juhani berkata,
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas mimbar berkata: ‘Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!’” (HR. Abu Daud No. 2153)
Diantara riwayat yang menyebutkan antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran adalah riwayat berikut,
Riwayat dari Abi Abdul Rahman as-Sulamiy (seorang tabi’in), ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami orang yang dulu membacakan kepada kami yaitu sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka dulu mendapatkan bacaan (Al-Qur’an) dari Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh ayat, mereka tidak mengambil sepuluh ayat yang lainnya sehingga mereka mengerti apa yang ada di dalamnya yaitu ilmu dan amal. Mereka berkata, ‘Maka kami mengerti ilmu dan amal.’”(Hadits Riwayat Ahmad nomor 24197, dan Ibnu Abi Syaibah nomor 29929)
Riwayat di atas paling tidak mengandung informasi tentang sejarah Al-Qur’an dan metode pembelajaran Al-Qur’an.
Hal yang berkaitan dengan ‘ulumul qur’an adalah kebijakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang para sahabat–pada masa tertentu–untuk menulis selain qur’an, sebagai upaya menjaga kemurnian AlQuran.
Dari Abu Sa’id al- Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّي وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ قَالَ هَمَّامٌ أَحْسِبُهُ قَالَ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Janganlah kalian tulis riwayat/yang kamu terima dariku, barangsiapa yang (telah) menulis riwayat dariku selain al qur’an hendaklah Ia menghapusnya, dan beritakanlah apa yang kamu terima dariku ini (kepada orang lain) dan tidak ada halangan (tidak dosa bagi kamu). Barang siapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka dia akan menempati (menyiapkan) tempatnya di neraka.” (H.R. Muslim No. 5326)
‘Ulumul Qur’an pada Masa Khalifah
Pada masa khalifah, perkembangan ‘ulumul quran ditandai dengan munculnya kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut,
- Khalifah Abu Bakar: menetapkan kebijakan pengumpulan/penulisan Al-Quran untuk pertama kalinya yang diprakarsai oleh Umar bin Khattab dan ditangani prosesnya oleh Zaid bin Tsabit.
- Kekhalifahan Utsman: menetapkan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul ‘Utsmani yaitu dinisbahkan kepada Utsman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur’an.
- kekalifahan Ali: menetapkan kebijakan berupa perintah kepada Abu ‘aswad Ad-Du’ali untuk meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I’rabil Qur’an.
Komentar
Posting Komentar